- Trust Media Cetak Tinggi, Agar Tetap Eksis Harus Beradaptasi
- DR Yudhi Krismen US, SH., MH Law Firm TKP dan Dewan Kode Etik DPP AMI : \" Tak Indahkan Somasi
- Muflihun, Bakal Calon Walikota Pekanbaru Disambut Hangat di Pasar Sago
- Akta Cerai Aspal, Janda Ini Gagal Nikah,Kemenag Akan Proses Oknum Guru Agama
- Diawali Donor Darah, Pj Gubri Bakal Resmikan Media Expo SPS Riau 2024 Sabtu Siang
- Peringati RGE Founder’s Day 2024, Apical Dumai Lakukan Kegiatan yang Baik untuk Masyarakat dan Iklim
- Bawaslu Ingatkan Kades se-Inhu Jaga Netralitas Dalam Pilkada Serentak 2024
- Kapolsek Rangsang Barat Cooling System Dengan Anggota PPK dan PPS, Sampaikan Terkait Sinergitas
- Zulkifli Gani Ottoh: Hendry Ch Bangun Sah Sebagai Ketua Umum PWI
- PWI Pusat Gelar UKW di Jakarta, Plt Ketua PWI Riau Ajak Anggota Ikut Serta
Geger Temuan Zat Pemicu Kanker di Situs Nuklir Bawah Tanah AS
lustrasi zat pemicu kanker di situs peluncuran rudal AS. Foto: Fajrian
Jakarta, VokalOnline.Com - Angkatan Udara Amerika Serikat mendeteksi kemungkinan paparan karsinogen pemicu kanker, di pusat kendali peluncuran rudal nuklir bawah tanah di Montana.
Komando Serangan Global Angkatan Udara AS menyebut penemuan ini adalah yang pertama, setelah dilakukan pengambilan sampel di pangkalan rudal tersebut.
Dilansir Al Jazeera, dari dua sampel yang diambil di dua fasilitas peluncuran di Pangkalan AU Malmstrom di Montana, ditemukan tingkat PCB (Polychlorinated Biphenyl) lebih tinggi dari ambang batas yang direkomendasikan oleh Badan Perlindungan Lingkungan (EPA).
PCB merupakan zat berminyak atau lilin, yang diidentifikasi oleh EPA sebagai kemungkinan karsinogen pemicu kanker.
Januari lalu, laporan mengungkap setidaknya sembilan staf peluncur rudal yang masih maupun sudah tidak aktif bekerja di Malmstrom, didiagnosis dengan kanker darah langka. Namun diperkirakan ada ratusan lebih kanker yang dikeluhkan oleh para pekerja di situs nuklir tersebut.
Sebab menurut laporan Torchlight Initiative, setidaknya 268 tentara yang bertugas di lokasi rudal nuklir maupun anggota keluarga mereka yang masih hidup, telah melaporkan diri terdiagnosis kanker, penyakit terkait darah, atau penyakit lain selama beberapa dekade terakhir.
Setidaknya 217 kasus yang dilaporkan adalah kanker, dan setidaknya 33 di antaranya adalah limfoma non-Hodgkin.
Menanggapi temuan ini, komandan komando Jenderal Thomas Bussiere, telah mengarahkan langkah-langkah untuk segera "memulai proses pembersihan" di fasilitas yang terkena dampak, demi mengurangi paparan yang berpotensi berbahaya.
Di situs peluncur rudal nuklir Montana, para perwira militer laki-laki dan perempuan bertanggung jawab untuk memantau dan, jika perlu, meluncurkan senjata nuklir.
Dua "petugas peluncur" terkadang menghabiskan waktu berhari-hari untuk berjaga-jaga di bunker bawah tanah dan bersiap menembakkan rudal balistik antarbenua Minuteman III jika diperintahkan oleh presiden.
Silo Minuteman III dan pusat kendali nuklir bawah tanah dibangun lebih dari 60 tahun yang lalu. Sebagian besar peralatan elektronik dan infrastruktur sudah berumur puluhan tahun.
Perwira militer yang bertugas di situs itu selama bertahun-tahun lalu telah menyampaikan masalah kesehatan yang diakibatkan rusaknya ventilasi, kualitas air, dan potensi racun yang tak dapat dihindari. Terlebih mereka harus menghabiskan waktu 24 hingga 48 jam bekerja di bawah tanah.(vol/fit)**
Berita Terkait :
- Kapitra: Saya Menuju Senayan untuk Memperjuangkan Hak Masyarakat Riau0
- Tercatat Sebagai Kader PDI Perjuangan, Dodi Nefeldi SPBU Menuju DPRD Riau 20240
- Hendri Wijaya Diberhentikan Dari Jabatan Direktur PT NHR dan Dikriminalisasikan 0
- Gubri Pimpinan Rakor Percepatan Implementasi Perhutanan Sosial, Pokja PS Sudah Mulai Kerja0
- Buat Gaduh, LAMR Inhu \"Dijual\" ke PT EDCO Batu Bara Peranap 0