- Tawuran Cemaskan Warga,Polsek Bangko Turunkan Personil Pantau Jembatan Pedamaran
- Salat Tarawih Di Masjid Raya Senapelan, Gubernur Syamsuar: Tak Ada Larangan Buka Bersama Untuk Masya
- Begini Penjelasan BMKG Terkait Hujan Es Di Pekanbaru
- Hujan es landa Kota Pekanbaru
- Hanya Pabrik PT BSS Petalongan Yang Berani Beli TBS Kawasan Hutan di Riau
- 30 Jam Pencarian Nadit 4 Tahun Akhirnya di Temukan
- Setda Rohil Buka Pasar Ramadhan Di Jalan Mawar Bagansiapiapi
- Anianya Kim Han ,Nelayan Sungai Bakau Rohil,Huni Sel Polsek Sinaboi
- Wali Kota Berharap DIC Memberikan Banyak Manfaat Bagi Masyarakat Dumai
- Ketua DPRD Kampar dan Wakil Ketua DPC Gerindra Yusrizal Kampar Buka Balimau Kasai Dusun 1 dan IV
Festival Tradisi Manjopuik Limau di Kuansing Dijadwalkan Sabtu 7 Mei 2022

Perahu Baganduang ini pertama kali ditampilkan sebagai festival pada tahun 1996
Kuansing, VokalOnline.Com - Plt Bupati Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) Suhardiman Amby AK MM di jadwalkan menghadiri dan meriahkan festival upacara tradisi Menjopuik Limau, dan Atraksi Perahu Bagandung besok Sabtu (7/5 2022) di Topian Muko Lobuah Desa Banjar Padang Kecamatan Kuantan Mudik Kabupaten Kuansing.
Tradisi perahu baganduang yang dilaksanakan oleh masyarakat Lubuk Jambi masih dilestarikan sebagai bentuk kearifan lokal, karena mengandung nilai-nilai budaya, etika, moral dan simbol-simbol adat yang sangat penting di jelaskan kepada generasi berikutnya.
Tradisi Manjopuik Limau merupakan salah satu produk budaya yang merupakan kearifan lokal yang harus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat, agar tidak hilang begitu saja karena perkembangan zaman, maka dari itu sebagai generasi penerus memperkenalkan kepada publik dan melestarikan budaya yang sudah turun temurun ini.
Tradisi ini juga mengingat masyarakat Kuantan Singingi dengan budaya daerah sendiri dan mampu menjelaskan apa saja yang terkandung dan terserat dengan budaya sendiri.
Dalam kesempatan tersebut, Plt Bupati Suhardiman Amby Mengajak kepada masyarakat Kabupaten Kuansing di manapun berada baik di kampung maupun yang sengaja pulang dari perantauan untuk menyaksikan bersama-sama upacara tradisi Menjopuik Limau dan atraksi Perahu Bagandung.
"Tradisi Menjopuik Limau dan atraksi Perahu dua tahun belakangan tidak dilakukan dikarenakan oleh Wabah Covid 19, maka pada tahun 2022 ini kembali di gelar untuk memperkenalkan kepada publik budaya tak benda dan kembali melestarikan budaya kepada anak cucu kemenakan agar tidak hilang budaya menjopui Limau dan perahu Bagandung tersebut," ujar Suhardiman Amby.
Suhardiman Amby juga berpesan dalam kegiatan ini selain untuk mempererat hubungan siraturahmi, setidaknya ada tiga nilai yang terkandung di dalam penyelenggaraan festival Perahu Baganduang. Yaitu nilai seni dan budaya, nilai agama dan nilai sosial. "MO WAK BASAMO KELUBUK JAMBI Pangkas Datuk Panglimo Dalam. **Neng
Sejarah Perahu Baganduang
Tradisi berlayar dengan perahu baganduang telah ada semenjak masa kerajaan-kerajaan dahulu, Perahu ini biasanya dipakai oleh raja sebagai sarana transportasi. Perahu Baganduang ini pertama kali ditampilkan sebagai festival pada tahun 1996.
Beratus tahun silam keadaan penduduk Kuantan Mudik khususnya, Riau pada umumnya sangatlah serba kekurangan/ ketinggalan bila di banding dengan negeri-negeri lainnya. Walaupun demikian, para penghuni Kuantan Mudik terutama Kenegrian Lubuk Jambi para pemuda/ pemudinya orang-orang kreatif, dan mempunyai gagasan yang luas, suka bergotong royong untuk membangunn desa, untuk mensejahterakan penduduk.
Para pemuda/pemudi beserta orang tua-tua bahu membahu untuk mengerjakan sesuatu, contohnya turun ke sawah, untuk mengerjakan sawah yang begitu luasnya, mereka mendirikan perkumpulan kerja yang disebut “batobo”. Tobo ini terdiri darii bujang gadis dan orang tua untuk mengatur pekerjaan di sawah.
Alat pertanian di masa lalu adalah alat yang sangat unik, mesin-mesin seperti sekarang belum ada. Para petani hanya menggunakan binatang ternak kerbau, dan untuk membajak hanya satu-satu saja dengan arti kata tenaga kerbau di gunakan untuk meroncah, menghancurkan rumput menjadi bubur tanah, sehingga para petani dapat bantuan tenaga pengelolaan tanah. Kalau tanah kering, maka muda/mudi tadi membanting tulang bersama-sama batobo mencakul tanah.
Begitulah kerja muda/mudi di kampungnya sepanjang tahun, pekerjaan apapun mereka kerjakan bersama baik menanam, menyiang, dan terakhir menuai. Didalam kelompok tobo inilah masing-masing muda/mudi mulai menjalin masa perkenalan untuk saling mencintai, tapi semua percakapan ini sangat rahasia sekali, antara pemuda dengan pemuda tak tahu sedikitpun, yang pemudinya antara satu sama lain juga tidak ada yang mengetahui, semuanya sama-sama rahasia.
Kalau muda/mudi sekarang saling membeberkan baik sesama teman maupun sama orangtuanya, bertolak belakang dengan muda/mudi yang dulu.
Untuk lebih akrabnya hubungan mereka itu, di waktu batobo siangnya mereka membuat suatu persetujuan yang berikut ini adalah dialognya.
Abang: saya ingin dating ke sini untuk membicarakan hubungan kita agar lebih serius lagi. Apakah adik bersedia?
Adik: ambo setuju sekali (saya setuju sekali)
Abang: kok lai satuju, abang datang beko malam kerumah adik/ mancaliak. (kalau setuju, abang nanti malam datang kerumah adik/mengunjungi.)
Adik: datanglah.
Abang: dimano tompek adiak tiduar? (dimana tempat adik tidur?)
Adik: dokek balobek ujuang. (dekat jendela paling ujung sekali). **Doc Harian Vokal
Berita Terkait :
- Datuk Seri Marwan Dari LAMR Inhu Turun Gunung Menenangkan Suasana Turbulensi PKS0
- Menarik, Dialog Budaya Rajo Dubalai Andiko 44 Dengan LAMR0
- TBS Petani Hanya Dihargai Rp1.000, Pabrik Sawit di Inhu Dilaporkan APKASINDO ke Polda0
- Wisatawan Banjiri Objek Wisata di Sumbar 0
- Dodi Irawan Apresiasi Pacu Sampan di Tepian Kenangan Desa Baturijal Hulu0