- Trust Media Cetak Tinggi, Agar Tetap Eksis Harus Beradaptasi
- DR Yudhi Krismen US, SH., MH Law Firm TKP dan Dewan Kode Etik DPP AMI : \" Tak Indahkan Somasi
- Muflihun, Bakal Calon Walikota Pekanbaru Disambut Hangat di Pasar Sago
- Akta Cerai Aspal, Janda Ini Gagal Nikah,Kemenag Akan Proses Oknum Guru Agama
- Diawali Donor Darah, Pj Gubri Bakal Resmikan Media Expo SPS Riau 2024 Sabtu Siang
- Peringati RGE Founder’s Day 2024, Apical Dumai Lakukan Kegiatan yang Baik untuk Masyarakat dan Iklim
- Bawaslu Ingatkan Kades se-Inhu Jaga Netralitas Dalam Pilkada Serentak 2024
- Kapolsek Rangsang Barat Cooling System Dengan Anggota PPK dan PPS, Sampaikan Terkait Sinergitas
- Zulkifli Gani Ottoh: Hendry Ch Bangun Sah Sebagai Ketua Umum PWI
- PWI Pusat Gelar UKW di Jakarta, Plt Ketua PWI Riau Ajak Anggota Ikut Serta
Pulang Kandang, Oleh K Suheimi
VokalOnline.Com - Petang berebut senja, saya lihat ayam-ayam pada pulang kandang, satu persatu mereka melompat kedalam sangkar mencari tempat bertengger. Semuanya lengkap, tidak seekorpun yang tercecer, temboloknya pun penuh berisi makanan. Padahal pagi tadi sewaktu keluar kandang tembolok itu kosong, lalu mereka semua "Fantasyiru fil Ardh", bertebaran di permukaan bumi, mengekas mencari reski, melompat pagar pergi ke pekarangan orang, masuk keluar ladang, sore baru pulang setelah temboloknya penuh.
Walaupun dia sudah pergi kemana-mana dan pergi jauh, namun ayam peliharaan itu tak pernah sesat dan tak pernah terlambat pulang kandang. Begitu pula itik, setelah masuk keluar sawah, berenang kesana kemari, menyudu dan manyasoh mencari makan, akhirnya di petang hari mereka berombongan pulang dengan seekor kepala rombongan memimpin di depan. Waktu berenang, waktu berjalan selalu saja ada seekor yang paling depan yang menjadi ikutan itik-itik yang lain, mungkinyang di depan sekali dijadikannya pemimpin.
Burung-burungpun demikian, jauh mereka meninggalkan sarangnya, akhirnya di rembang petang merekapun pada pulang, begitu juga kelelawar, kaluang serta elang, jauh mereka melintas angkasa, tapi secara pasti mereka kan pulang tanpa tersesat dan tanpa salah jalan.
Anjingpun kalau dibawa jauh dan dilepaskan, dia bisa pulang sendiri ke rumah. Demikian pula dengan kucing, walaupun sudah dibungkus didalam karung ingin kita mencampakkannya, eh tahu-tahu sebentar kemudian kucing itu sudah pulang kembali.
Kemampuan mengenal kandang dan kemampuan untuk pulang ini banyak terdapat pada binatang-binatang. Dan yang terhebat diantaranya adalah merpati pos, walaupun sudah dibawa menyebrangi lautan ketempat yang sangat jauh, kalau mereka dilepas, nanti mereka akan bisa pulang. Maka dijadikanlah merpati pos ini sebagai sarana pengantar surat.
Satu kali pernah seekor vanda dibawa dari London ke Eropah, tetapi sesampai di kandang yang baru, vanda yang biasanya ceria dan disenangi anak-anak, tiba-tiba menjadi loyo dan tak mau menampakkan mukannya.
Dia murung, dia lesu dan tak bergairah, waktu ditanya pada pawangnya. Pawang berkata "Vanda itu kangen, rindu pulang kekandangnya". Setelah vanda itu dibawa kembali ke London, dia kembali seperti semula, ceria dan gembira. Karena dia sudah kembali pulang ke kandangnya.
Manusiapun tak obahnya demikian, mempunyai rasa kangen, rasa rindu, kangen dan rindu akan kampung halaman tempat dilahirkan dan dibesarkan. Rindu dan teragak pulang, maka banyaklah tercipta lagu-lagu yang menyatakan teragak pulang kampung ini. Ada lagu "Kampuang nan jauh dimato".
Tapi tidak banyak manusia yang kangen akan kampung aslinya, tidak banyak yang kepingin, kangen dan rindu pulang ke akhirat ke surga. Bukankah manusia itu dulunya berasal dari surga dan ingin kembali kedalamnya?
Lalu kenapa manusia tidak ingin pulang?, tidak rindu akan akhirat dan syorga. Mungkin karena mereka lupa, mungkin mereka terpana dan terpesona oleh kehidupan dunia, mungkin mereka telah asyik dan maksyuk dengan kehidupan didunia ini, mungkin mereka telah tertipu oleh kemilaunya dunia, mungkin mereka telah tergoda, mengira hidup didunia ini untuk selamanya dan kesenangan dunia ini kekal.
Manusia seperti itu asyik akan kemewahannya dan larut dengan kesulitan serta kesukaran hidupnya, sehingga mereka terlalai mengingat kampung dan mencari jalan serta mempersiapkan bekal untuk pulang.
Sering mereka tersesat, salah jalan, menempuh jalan terlalu kekiri atau terlalu kekanan, sehingga terjerembab, sehingga bukan pulang ke syorga, tapi terbenam masuk neraka.
Seperti disinyalir oleh Tuhan dalam surat At Takaatsur : "Bermegah-megah telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk kedalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui, dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin. Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka jahannam, dan sesungguhnya benar-benar kamu akan melihatnya dengan ainul yaqin, kemudian kamu pasti ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan yang kamu megah-megahkan di dunia".
Mungkin dia lupa akan kampungnya karena tak tahu jalan, atau tak pernah berkirim pulang atau belum ada persiapan untuk pulang. Rumah hanya dibangun untuk dunia, sedangkan rumah di kampung akhirat belum berdiri, orang kampungpun banyak yang benci. Sehingga takut untuk pulang kampung, mendengar kampung akhirat saja merinding bulu romanya.
Memang jalan untuk pulang mencapai surga itu sukar dan mendaki, tapi percayalah kita akan sampai kesana.
Sebagaimana firman Tuhan dalam surat Al Balad ayat 14-16 : "Tapi mereka tiada menempuh jalan lagi sukar. Tahukah kamu apakah jalan mendaki lagi sukar itu?. Yaitu melepaskan budak dari perbudakannya ( melepaskan orang dari kesulitan dan kesukaran yang menimpanya ). Atau memberi makan di hari kelaparan. ( kepada ) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir".
Jalan untuk pulang kampung itu adalah, menolong orang dalam kesukaran. Amal perbuatan menolong, melapangkan, menunjukan jalan bagi yang terbantur, meringankan beban yang sedang dipikul orang lain, melepaskan orang dari perbudakkan, inilah disisi Allah jalan yang mulia jalan yang menuju-Nya, jalan yang akan sampai kepada-Nya.
Menuju jalan pulang kampung hanya dengan ucapan, dengan tulisan dengan apa yang ada, dengan ilmu sehingga orang terbebas dari beban yang menghimpitnya, dianggap menempuh jalan mendaki dan jalan pulang kampung.
Kemudia kesediaan dan kerelaan memberi makan orang dihari-hari kelaparan. Memberi makan orang disaat kita kenyang masih sukar, lebih sukar lagi membei makan orang disaat kitapun sedang kelaparan.
Namun itulah jalan mendaki dan itulah jalan yang akan ditempuh untuk pulang kelak, agar di kampung diterima sebagai orang-orang yang terhormat. Lalu memberi makan anak yatim yang masih ada hubungan kerabat serta memberi makan orang fakir yang sangat miskin.
Kalau semua ini telah dijalankan, semoga kita terkelompok kepada orang-orang yang dipanggil oleh Allah seperti panggilan-Nya dalam surat Al Fajr ayat 27-30 : "Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas dan diredhai-Nya. Maka masuklah kedalam jama'ah hamba-hamba-Ku dan masuklah kedalam syorgaku". Amin, amin. **
Padang 22 Juli 1993
___________________
Penulis Adalah Prof. dr. H. K. Suheimi, Sp.OG merupakan seorang Dokter Obgyn yang berpraktik di RS Pekanbaru Medical Centre. Beliau menempuh pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.
Beliau juga terhimpun dalam Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI). Adapun layanan medis yang dapat beliau berikan meliputi : Konsultasi mengenai kesehatan Kebidanan dan Kandungan.
Berita Terkait :
- Perhitungan Harga Pokok Produk Bersama Dan Produk Sampingan Pada Usaha Keluarga Tempe Cap Angsa0
- Analisis Harga Pokok Pesanan Dengan Metode Full Costing0
- Datok Rajo Deko Kenegerian Bangkinang Minta Pengembalian 19 Ribu Hektare Lahan0
- Leumuria0
- Harta Karun Yang Mulai Tergali 0